Look at Me, Sung Rin-a : Part 2

Author : Dipta (tukang lihat video, tukang jual pulsa (?) maniak komik, geje ._.v)
Cast     : Kwon Ji Yong
              Kang Daesung
              Lee Seung Hyun
              Park Sung Rin
Genre  : geje, romance, komedi nggak jadi -_-
Ini ceritanya waktu mereka-mereka masih culun :P Ceritanya mereka bertiga (atau berempat) nggak kenal sama Young Bae dan Tabi (maaf buat yang ngefans sama mereka berdua ._.). Terinspirasi dari trot single nya Daesung, Look at Me Gwisoon. Cuman kalo Look at Me Gwisoon itu lagu buat istri, kalo ini ceritanya masih gebetan :P Maaf kalau agak geje, kamsahamnida! ^^b
-0-
 
Tomorrow
“Ji Yong-hyung, jika hyung menyukai Sung Rin-a, kenapa hyung tidak cerita padaku?” tanya Daesung padaku dalam perjalanan ke kampus.
“Hei, kau ini bicara apa? Siapa bilang aku menyukai Sung Rin-a?” jawabku.
“Sudahlah hyung, tadi malam Seung Hyun menceritakan semuanya padaku,” aku melihat ke arah Seung Hyun yang sedang mendengarkan musik dengan wajah tanpa dosa. “Hyung, kalau hyung menyukai Sung Rin-a, aku tidak akan mengejar-ngejarnya lagi. Aku akan berusaha menghilangkan perasaanku pada Sung Rin-a untuk hyung,” jawab Daesung. Dia terlihat sedih, aku jadi kasihan kepadanya.
“Kau ini, mudah sekali percaya pada Seung Hyun. Aku tidak menyukai Sung Rin-a, aku hanya menganggapnya sebagai adikku. Aku kan sudah bilang kepadamu?”
“Maafkan aku, hyung. Tapi setelah aku berpikir, aku lebih mempercayai Seung Hyun.”
“Baiklah, terserah kau saja.”
Sesampainya di kelas, Daesung hanya tertunduk dan segera duduk. Tidak ada teriakan dan senyuman. Tidak seperti Daesung yang kukenal. Aku jadi merasa bersalah pada Daesung. Sung Rin mengajakku keluar dan bertanya padaku.
“Ji Yong oppa, kenapa Daesung oppa tidak seperti biasanya? Dia terlihat sangat sedih. Apa yang terjadi?”
Aku menghela napas. “Seung Hyun, dia mengerjai Daesung dengan mengatakan bahwa aku menyukaimu. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Sekarang aku jadi merasa bersalah padanya.”
Sung Rin hanya mengangguk. “Sung Rin-a, sepertinya ini saatnya kau menyatakan perasaanmu yang sebenarnya kepada Daesung. Aku kasihan padanya. Dia belum pernah sekecewa ini.”
Sung Rin berpikir sebentar, lalu “Maaf oppa, tapi aku tidak bisa. Aku, aku belum siap.”
Aku tersenyum. "Gwaenchana. Persiapkan dirimu saja dulu. Tapi cepat ya, aku tidak tega melihat Daesung seperti itu."
“Akan kuusahakan, oppa.”
**
“Hyung, ini jalan raya. Janganlah melamun,” kata Seung Hyun menyadarkan Daesung yang berjalan dengan pandangan kosong.
“A-aku tidak melamun, mungkin hanya perasaanmu saja. A-aku harus berangkat kerja. Ddo mannayo!” kata Daesung lalu meninggalkan kami.
“Hei Seung Hyun, kau harus minta maaf padanya. Kau sudah membuat dia kecewa,” kataku.
“Hyung, aku hanya mengatakan yang sebenarnya! Apa itu salah?”
“Aku kan tidak bilang kalau aku menyukai Sung Rin! Aku juga sudah bilang padamu kan, jangan katakan yang aneh-aneh kepada Daesung!” amarahku meledak saat itu.
“A-aku minta maaf, hyung,” kata Seung Hyun sambil menunduk.
“Harusnya kau minta maaf pada Daesung!” teriakku. Tiba-tiba..
CIIIIT.. BRAAKK!!
**
Rumah Sakit Z, Seoul. Setelah tabrakan. 12 PM.
“Daesung oppa, bangun Daesung oppa,” panggil Sung Rin sambil terisak. Aku tak menyangka Daesung yang menjadi korban tabrak lari tadi, saat aku dan Seung Hyun berdebat.
“Sung Rin-a, tenanglah. Sebentar lagi Daesung-hyung pasti siuman,” hibur Seung Hyun. Sung Rin menangis di dekat tubuh Daesung.
“Ji Yong-hyung, aku sangat menyesal. Gara-gara aku, Daesung-hyung menjadi seperti ini. Aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Aku pikir dengan sifat Daesung-hyung yang ceria, hyung tidak akan sesedih ini,” kata Seung Hyun. Aku bisa mendengar penyesalan yang sangat dalam ada padanya.
Gwaenchana. Aku juga minta maaf, Seung Hyun. Tadi aku terlalu emosi,” jawabku. Kami pun berpelukan.
“Ji Yong-hyung, Sung Rin-a, maaf aku tidak bisa menemani Daesung-hyung sampai nanti. Aku ada janji dengan seonsaengnim. Sepertinya ada tugas yang belum aku selesaikan. Ddo mannayo!”
“Hati-hati, Seung Hyun,” jawabku. “Sung Rin-a, tidak apa-apakah kau menunggu di sini sampai nanti? Jika Daesung belum siuman sampai nanti malam, apakah tidak mengganggumu?”
“Tidak apa-apa, oppa. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku pada Daesung oppa.”
**
6 PM.
“Ji Yong-hyung? Sung Rin-a?”
Aku terbangun dari tidurku. “Daesung? Kau, sudah siuman?”
“Seung Hyun, mana Seung Hyun?”
“Dia ada janji dengan seonsaengnim, jadi tidak bisa menemanimu,” jawabku. “Kutinggalkan kalian sebentar, ya? Aku hanya membeli minum kok. Ddo mannayo!”
Aku keluar dari kamar, mengintip dan menguping pembicaraan mereka. Sebenarnya aku keluar agar Sung Rin bisa mengungkapkan perasaannya tanpa malu-malu. Tapi yang terjadi ternyata..
“Hei, Sung Rin-a,” panggil Daesung.
“Ne?”
“Kau menyukai Ji Yong-hyung kan?”
**
Hehe, dipotong dulu sampe sini nih :P Seneng rasanya bikin penasaran ^^v Ditunggu terus ya lanjutannya, kamsahamnida! >O<

 

Rings Of Promise


                        

Author             : Uty (Nggak kalah geje sama Diptok )
Main Cast        : * Kang Dae Sung
                                      * Park Gi Eun
Other Cast       : * Choi Seunghyun
                                      * Lee Seunghyun / Seungri
                                      * And others...
(•‿•)~Happy Reading~ (•‿•)

Mengapa kita harus berpisah secepat ini?, aku ingin lebih lama lagi bersamamu”
“Tidak , Oppa. Hidupku tidak lama lagi. Oppa cari saja penggantiku, yang lebih cantik dari aku” Ujarnya lirih berusaha menarik bibirnya, tersenyum.
“Oppa pasti akan menemukan perempuan yang lebih baik, tidak seperti aku yang jahat”
“Cukup! Aku tak mau dengar lagi! Kau pasti selamat Gi Eun-ah, bertahanlah!” teriakku sambil menggenggam tangannya.
“Kau mengatakan itu supaya aku senang kan?” tanyanya lemah. Aku terdiam.
“Mianhae, Oppa.sudah menghilangkan cincinmu .Saranghae.......” Ucapnya lalu tertidur. Tidur yang amat panjang.

CEMETERY
            Hari ini hari terakhir aku melihatmu. Kau terlelap dengan balutan gaun putih itu.
Kau tampak seperti boneka yang tertidur didalam peti kaca.
Ketika peti diturunkan, kalimat-kalimat doa mengiringimu ke langit. Aku hanya bisa menangis sesegukan. Sebuah tangan menepuk pundakku.
“Aku turut bersedih atas meninggalnya Park Gi Eun” Kata Seunghyun hyung sambil menyerahkan sebuah cincin perak berukir  I Love U, dan sepucuk surat.
“Itu kutemukan di samping tempat tidurnya” Katanya sambil berlalu.
Aku langsung menjejerkan (?) jari manisku disebelah cincin itu. Cincin kami sama.
Aku menggali ingatanku bersamanya.

FLASHBACK
Kamis, 31 Desember 2009.
Aku betemu dengannya saat pesta tahun baru SMA Y, sekolah baruku.
 Dia duduk sendirian di pojok ruangan sambil membaca sebuah buku. Tidak ada yang mau ngobrol dengannya.
“Hei, siapa yang duduk di pojok itu?” Tanyaku pada Seungri, yang sedang dikerubutin cewek-cewek.
“Oh, “Si Aneh” Park Gi Eun. Sebaiknya kamu tak dekat-dekat dengannya. Dia tampaknya berbahaya!” Katanya datar lalu kembali ke para gadis yang sudah menunggunya.
Tapi, entah kenapa aku sangat ingin berkenalan dengannya. Kudekati dia lalu duduk di sebelahnya.
“Kang Dae Sung, X-2” kataku sambil mengulurkan tangan.Gadis itu menoleh, menatapku tajam. Sekeliling matanya hitam, dan ada bekas pukulan dan tamparan di pipi kanannya.
Sesaat dia menatapku, lalu kembali ke bukunya dan mencatat sesuatu.
“Aku ingin menjadi temanmu, boleh?” Aduh, Kang Dae Sung! Itu seperti pembicaraan anak Sekolah Dasar! Bodohnya aku.
Aku  menoleh padanya. Eh? Dia tetap sibuk dengan buku nya! GRRR, dia anggap apa aku ini?!
“COUNTDOWN!!!!” Teriak seseorang dari panggung. Lalu semua menghitung mundur-kecuali dia.
“10....9....8....7....6....5....4....3...2.......................”
“Aku mau jadi temanmu” ujarnya cepat.Mwo?
“SATUUUUU!!!!..........Happy New Year Guys!!!!” Semua saling berpelukan dan meniup terompet.
“HEI, KAU DENGAR TIDAK??!” Dia teriak di kupingku. Sakit sekali.
“Wae?”
“Teman, kan? Aku mau menjadi temanmu. Boleh saja” katanya pelan.
Aku senang sekali, untuk pertama kalinya aku memiliki seorang teman -perempuan yang agak aneh.
            
Sejak saat itu aku selalu bersamanya. Makan, belajar, hingga jalan-jalan. Ternyata dia menyukai Doraemon! Sama denganku. Setiap kali jalan-jalan. Kami habiskan dengan melihat pernak-pernik Doraemon atau curi-curi baca komik Doraemon di toko buku.
Pernah aku iseng bertanya kenapa di pipinya ada bekas luka. Katanya dia sering dipukuli oleh managernya. Kutanya lagi kenapa tidak berhenti saja. Dia menjawab sambil tersenyum :
“Kalau aku berhenti, aku dan keluargaku akan makan apa? Ibuku sekarang pengangguran karena di-PHK. Adik-adikku masih kecil, terpaksa aku harus bekerja demi semuanya” Lalu ia menangis di pundakku. Entah mengapa, jantungku berdebar kencang sekali. Mungkin aku suka dengannya. Aku suka dengan senyum dan sikap tegarnya.Seungri telah salah menilainya.
            
14 Februari, ulang tahun Gi Eun. Aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku. Dengan modal sepasang cincin murah yang kubeli di internet, aku datang kerumahnya. Rumah nya sederhana. Hanya sebuah rumah mungil bercat biru pucat dan sudah mengelupas.
Tidak ada garasi dan taman seperti yang kulihat biasanya.
TING....TONG.....
“Eng.....Siapa??” Kata seseorang di balik pintu. Aku rasa itu ibunya.
“Annyeonghaseyo,jeoneun Daesung imnida. Apa Gi Eun ada dirumah?” Nadaku sopan.
“Eh, euhm. Dia ada. Gi Eun~~~~ada tamu untukmu!!” Teriaknya.
“Ne? Daesung Oppa!!!” Teriaknya senang lalu menghampiriku.
“Annyeong~~, apa kamu ada acara hari ini?” Tanyaku-dan berharap semoga dia tidak ada  acara.
“Hmmm.......aku rasa tidak, ada apa?” Tanyanya polos. Yesssss!!! Berarti ini kesempatanku! Jugan disia-siakan!.
“Ma....ma....mau tidak kita ke taman sekarang?” Duh! Aku gagap. Tidak biasanya aku gagap kalau dihadapannya.
“Tentu saja! Eomma, aku pergi dulu ya!” Jawabnya ceria. Kami langsung pergi ke taman kota menggunakan vespa biru milikku.
Sepanjang perjalanan, dia memelukku. Rasanya seperti terbang ke awan. Oke, ini berlebihan. Tapi memang itu yang aku rasakan saat itu
              
                    Sampai di taman, aku membelikannya satu cone gelato yang besar untuknya.
Lalu kami duduk di sebuah kursi panjang dekat air mancur.
“Nnngg.....Gi Eun, ada yang ingin aku bicarakan” Kataku pelan.
“Hm? Apa ?” Jawabnya. Mukanya belepotan gelato cokelat. Lucu sekali.
“Ini” Aku menyerahkan satu dari sepasang cincin tersebut.
“Saengil chukka hamnida Gi Eun-ah, Saranghae” Kataku malu-malu dan menunduk.
Sekitar 5 menit hening diantara kami. Keheningan itu pecah oleh suara cempreng Gi Eun.
“Na do saranghae, Oppa”. Omo! Dia menerimanya?. Tanpa komando, aku langsung memeluk Gi Eun. Tak peduli bajuku kotor kena gelato.  Pokoknya hari ini aku senang sekali.
“Tunggu Oppa, bukankah ini cincin perak?”
“Wae? Apa iya?” Tanyaku kaget. Perak?
“Iya! Ini pasti mahal sekali! Aku akan menggantinya, Oppa!”
“Aish! Tidak usah! Asal berjanjilah kamu akan selalu memakai cincin itu” kataku sambil mengacungkan jari kelingkingku.
Najalhalkae, janji” Jawabnya pasti sambil menguncikan jariku dengan kelingkingnya

Tidak terasa 3 Tahun sudah kujalani bersama Gi Eun, my yeoja yang sederhana namun unik.
Sore ini aku menunggunya di Lotte Amusement Park. Katanya dia sangat ingin bermain di Lotte Park saat malam dan melihat kembang api disana.
“Dae-Oppa!” Panggilnya sambil berlari menghampiriku.
“Ck, lama sekali” Kataku pura-pura cemberut.
“Ah, mianhae Oppa. Tadi ibuku minta tolong padaku”  Katanya sambil menggaruk kepalanya-yang pasti tidak gatal karena rambutnya indah dan bersih. Aneh, aku tidak melihat dia memakai cincin pemberianku, apa ketinggalan ya?
“Gi Soo-ah, dimana cincinmu? Kenapa tidak kau pakai?” Tanyaku penasaran.
Gi Soo hanya diam.
“Dimana cincinmu Gi Eun-ah? Aku akan marah jika kamu diam saja” Kataku mulai tidak sabar.
“A......a..aku menghilangkannya, Oppa” Katanya lirih.
“Apa? Kau hilangkan?! Itu sama saja dengan menghancurkan cintaku!! Kau memalukan Park Gi Eun!” Teriakku marah dan melotot.
“A...aku bisa jelaskan,Oppa” Katanya memohon pengertian.
“Aku tak butuh penjelasan darimu! Ternyata Seungri benar! Kamu memang gadis yang berbahaya! Menghancurkan  cinta seseorang tanpa dosa ! ” Kataku dingin seraya pergi membiarkan Gi Eun menangis sendirian. Bahuku sudah menolak untuk jadi penopang tangisannya. Hatiku sakit sekali

Sesampainya dirumah, aku mengamuk. Semua barang di kamarku aku hancurkan. Aku rubuhkan rak bukuku, kupecahkan cerminku dan foto-fotoku bersama Gi Eun.
“AARRRRGGGHH!!!!” teriakku geram layaknya godzilla terkena laser.
Karena terlalu lelah, aku tertidur.
Paginya aku terkejut melihat kamarku seperti habis dilanda tornado. Apa yang terjadi semalam?
Aku langsung menyalakan televisi dan menonton berita.
               ‘KEJAM :  SEORANG IBU TUSUK PUTRINYA SENDIRI DEMI CINCIN!!!’
Ibu? Tusuk? CINCIN?. Perasaanku semakin tidak enak.
Ketika melihat wajah pelakunya. Aku kaget sampai menutup mulut.
ITU IBUNYA GI EUN!. Berarti putrinya yang ditusuk itu.............
tanpa pikir panjang aku langsung menyalakan vespa ku dan tarik gas ke rumah Gi Eun.

Benar saja, begitu aku sampai rumahnya. Rumahnya kosong. Aku tanya pada tetangganya mengenai Gi Eun.
“Dia ada di dalam ambulance itu” Kata bapak itu sambil menunjuk sebuah ambulance yang tidak jauh dari rumahnya.
Aku langsung mengejar ambulance dan berusaha memberhentikannya. Ketika ambulance itu berhenti, seseorang keluar dari ambulance.
“Minggir kau, kau menghalangi jalan kami!”
“Izinkan aku ikut naik ambulance ini!” Pintaku sambil terengah-engah.
“Ada hubungan apa kau dengannya?” Tanyanya memastikan.
“Aku.......ng,pacarnya!” Kataku panik. “Cepatlah!”
“Ne! Naiklah!” katanya.
AT AMBULANCE

Mengapa kita harus berpisah secepat ini?, aku ingin lebih lama lagi bersamamu”
“Tidak , Oppa. Hidupku tidak lama lagi. Oppa cari saja penggantiku, yang lebih cantik dari aku” Ujarnya lirih berusaha menarik bibirnya, tersenyum.
“Oppa pasti akan menemukan perempuan yang lebih baik, tidak seperti aku yang jahat”
“Cukup! Aku tak mau dengar lagi! Kau pasti selamat Gi Eun-ah, bertahanlah!” teriakku sambil menggenggam tangannya.
“Kau mengatakan itu supaya aku senang kan?” tanyanya lemah. Aku terdiam.
“Mianhae, Oppa.sudah menghilangkan cincinmu .Saranghae.......” Ucapnya lalu tertidur. Tidur yang amat panjang.


FLASHBACK END

Sungguh indah saat-saat bersamanya. Namun berakhir menyakitkan.
Lalu aku membaca surat darinya.







To : My Beloved Namja, Daesung Oppa
Dae-Oppa, mianhae. Sebenarnya  cincin pemberianmu tidak hilang. Ibuku mengambilnya dariku beberapa minggu yang lalu. Awalnya aku kira ibuku hanya ingin menjaganya. Ternyata ibuku menjual cincin itu ke pegadaian hanya untuk minum-minum bersama temannya. Aku sangat sedih, semua hasil kerja kerasku dan cincin itu hanya untuk minum soju mahal.
Melihatmu marah tadi sore, aku jadi bertekad untuk mengambil kembali cincin itu-milik kita!

Tunggu saja, Oppa! Aku akan membawa cincin itu kembali melingkar di jariku! \(^0^)/

Yeoja yang paling kamu benci
-Park Gi Eun-





Sekali lagi aku menangis. Bahkan air mataku lebih deras daripada sebelumnya.
“Mianhae, Gi Eun-ah. Harusnya aku yang bilang maaf, karena aku terlalu kasar padamu dan terlalu termakan emosi, Mianhaeyo........”
Kedua cincin itu kini aku pasang di dua jari yang berhimpitan. Jari manis dan kelingking.
Jari manis menandakan hubungan tak terpisahkan, dan kelingking menandakan janji kami saat itu.

                                                                      -FIN-

Look at Me, Sung Rin-a : Part 1

Author : Dipta (tukang lihat video, tukang jual pulsa (?) maniak komik, geje ._.v)
Cast     : Kwon Ji Yong
              Kang Daesung
              Lee Seung Hyun
              Park Sung Rin
Genre  : geje, romance, komedi nggak jadi -_-

Ini ceritanya waktu mereka-mereka masih culun :P Ceritanya mereka bertiga (atau berempat) nggak kenal sama Young Bae dan Tabi (maaf buat yang ngefans sama mereka berdua ._.). Terinspirasi dari trot single nya Daesung, Look at Me Gwisoon. Cuman kalo Look at Me Gwisoon itu lagu buat istri, kalo ini ceritanya masih gebetan :P Maaf kalau agak geje, kamsahamnida! ^^b

-0-
8 AM. X University, Seoul.
 “Annyeong haseyo, Sung Rin-aa~ !” seorang laki-laki berambut coklat berteriak di depan kelas, memanggil nama perempuan yang duduk 2 bangku di sebelah kananku. Aku yang sedang membaca komik pun terkejut mendengar teriakkannya yang begitu keras.
“Annyeong haseyo, Daesung oppa,” jawab dia-yang-dipanggil dengan tak acuh. Pria yang bernama Daesung pun mendekati perempuan itu dengan tangan dilipat ke belakang.
“Aa~h, Sung Rin-a, aku membawakan sesuatu untukmu, tadaa~ ! Sekotak coklat yang istimewa untuk wanita yang luar biasa, ha ha!” Daesung berbicara dengan gayanya yang ceria, namun Sung Rin tetap tidak peduli dan pergi meninggalkan bangkunya.
“Hei, Sung Rin-a, kalau kau tidak mau, coklat ini kuletakkan di laci mejamu! Saranghae, Sung Rin-aa~ !” Daesung kembali berteriak. Sung Rin tetap melenggang santai keluar kelas. “Ne~ Ji Yong-hyung! Ternyata hyung mendahului kami! Pantas saja hyung tidak ada di rumah, kupikir hyung sedang berolahraga atau apa,” Daesung mendekatiku dan meletakkan tasnya di bangku sebelah kiriku.
“Hmm, aku pikir kau datang terlambat, Daesung,” jawabku dengan santai, tanpa memalingkan muka dari komikku.
“Lalu kenapa hyung tidak membangunkanku dan Daesung-hyung?” tanya Seung Hyun yang juga baru datang dan meletakkan tasnya di bangku sebelah kananku.
“Aku tidak tega melihat kalian yang masih tertidur lelap.”
“Hei, Ji Yong-hyung, ketika aku datang tadi, banyak adik kelas perempuan yang berkumpul untuk menyerahkan hadiah untukmu! Tapi mereka pergi begitu mendengar teriakanku. Mungkin mereka takut padaku, benar kan, Seung Hyun?” tanya Daesung, tetap dengan wajahnya yang ceria.
“Terserah apa kata hyung saja,” jawab Seung Hyun.
Kami terdiam sebentar, kemudian Daesung membuka mulut untuk melanjutkan pembicaraan.
“Hyung, aku melihat ada baaaanyak sekali perempuan yang menyukaimu. Ajari aku, hyung!”
“Ajari untuk apa?” tanyaku kebingungan.
“Ajari aku cara memikat hati wanita, hyung! Hyung tahu sendiri, aku sudah menyukai Sung Rin-a selama 3 tahun dan aku selalu menyatakan perasaanku, tetapi dia tetap tidak meresponku. Ayolah hyung, katakan resepnya!”
“Bicara apa kau ini? Jika kau ingin memikat hati wanita, tanyakan pada Seung Hyun yang playboy itu,” kataku sambil tertawa.
“Apa-apaan hyung ini. Aku bukan playboy! Aku hanya ahli dalam bidang cinta,” jawab Seung Hyun.
“Seung Hyun, tolong katakan, bagaimana caranya?” tanya Daesung memohon-mohon. Namun Seung Hyun segera sibuk mendengarkan lagu dari mp3 miliknya.
“Alaa~ Baiklah kalau kalian tidak mau memberitahuku! Aku pasti bisa membuat Sung Rin suka padaku dengan caraku sendiri! FIGHTING!” teriak Daesung. Anak ini, selalu bisa membuat orang lain tertawa.
“Baiklah, Daesung. Aku doakan Sung Rin cepat menerimamu. Aku keluar dulu ya,” kataku.
“Kamsahamnida! Ddo mannayo!”
Aku keluar dan mencari Sung Rin. Entah ke mana dia pergi. Kuliah dimulai 15 menit lagi. Ah itu dia, sedang duduk di taman sambil membaca buku. Dengan segera kuhampiri dia, sebelum seonsaengnim yang galak datang.
“Hei Sung Rin-a, kuliah dimulai 15 menit lagi! Apa kau tidak takut seonsaengnim memarahimu?” sapaku sambil menepuk pundaknya.
Aku pikir aku mengagetkan Sung Rin karena dia terlihat sangat terkejut dan segera berdiri menghadapku. “Aa~ Ji Yong oppa. Baiklah, aku akan segera ke kelas.”
Kami berjalan beriringan di koridor. Karena terasa canggung, aku pun membuka pembicaraan. “Sung Rin-a, mengapa kau tidak berterus terang saja pada Daesung kalau kau juga menyukainya? Dia sudah 3 tahun menunggumu, apa kau tidak merasa kasihan padanya?”
Sung Rin terdiam sebentar, kemudian mulai menjawab, “Tapi oppa, a-aku malu. Aku tidak seperti Daesung oppa yang dengan mudah menyatakan perasaannya. Aku, aku tidak tahu sampai kapan aku akan memendam perasaanku.”
“Hei Sung Rin-a, apa yang membuatmu takut? Daesung sangat baik, dia bukan tipe orang berandalan. Dia juga tidak menggigit,” tanyaku.
“A-aku tidak tahu oppa, aku hanya malu,” jawab Sung Rin sambil menundukkan wajahnya.
“Hei, lihatlah, mukamu merah, lucu sekali!” hiburku.
“Ah, oppa, jangan begitu!” Sung Rin pun mengeluarkan senyumannya lagi. Begitu sampai di kelas, aku melihat wajah Daesung yang tidak biasanya.
“Hei, Daesung. Mengapa wajahmu seperti itu? Tidak biasanya. Apa ada yang salah?”
“Ah, hyung. Tidak, tidak ada apa-apa,” jawab Daesung sekenanya. Aku tahu, dia cemburu karena Sung Rin begitu dekat denganku.
“Hei, aku sudah mengenalmu lebih dari 6 tahun. Tenang saja, aku dan Sung Rin hanya teman. Aku tidak akan merebutnya darimu. Aku hanya menganggap dia adikku saja,” kataku menghiburnya. “Sudahlah, jangan bersedih lagi, kau bukan seperti Daesung yang kukenal.”
“Hyung janji tidak akan mengambil Sung Rin dariku, kan?” tanya Daesung dengan polosnya.
“Janji! Kalau aku melanggarnya, kau bisa membakar semua komik dan pakaian yang aku punya!” kataku. Daesung pun tersenyum. “Ah, kau terlalu polos, Daesung!” kataku sambil mengelus rambutnya.
Aku bertemu Daesung dan Seung Hyun sejak SMU. Ketika itu Daesung yang tidak kelihatan seperti anak SMU duduk di antara aku dan Seung Hyun. Sifatnya yang ceria membuat dia terlihat seperti anak SD yang masih polos. Dengan segera dia bisa mencairkan suasana di tengah-tengah aku yang maniak komik dan Seung Hyun yang menyukai musik. 3 tahun lalu, kami berpisah untuk kuliah, tetapi kami dipertemukan lagi di universitas dan kelas yang sama. Benar-benar kebetulan! Kami pun menyewa sebuah apartemen untuk ditinggali bertiga.
**
“Hyung, hari ini aku harus bekerja dan baru bisa pulang nanti malam. Mungkin aku akan mampir untuk membeli makan malam. Hyung ingin makan malam apa?” tanya Daesung seusai kuliah.
“Hmm, terserah kau saja. Hari ini aku sedang tidak selera makan. Kau, Seung Hyun?” jawabku sekenanya.
“Sebenarnya aku ingin sup tulang sapi, tapi jika hyung repot, belikan aku apa saja,” jawab Seung Hyun. Daesung mengangguk. “Hei, Daesung hyung, untuk apa hyung repot-repot bekerja? Bukannya hyung juga mendapat kiriman uang seperti kami? Bahkan Ji Yong-hyung yang tertua saja tidak bekerja,” tanya Seung Hyun.
“Ah, Seung Hyun. Tentu saja untuk membeli barang-barang untuk Sung Rin-a! Selain itu, uang yang aku dapat juga kugunakan untuk membeli makanan. Aku tidak ingin terlalu merepotkan orang tuaku!” jawab Daesung dengan semangat. “Kita harus belajar untuk hidup sendiri, ya kan? Kita kan tidak tahu kapan orang tua kita akan meninggalkan kita. Begitu kata ibuku!”
“Baiklah, aku pergi dulu ya! Ddo mannayo!” teriak Daesung. Aku dan Seung Hyun berjalan dalam keheningan menuju apartemen. Beginilah suasana jika tidak ada si ceria Daesung, sepi.
Sampai di apartemen, aku segera mengemasi barang-barang dan menonton televisi. “Ji Yong-hyung,” Seung Hyun memanggilku.
“Ada apa?”
“Kau menyukai Sung Rin-a kan?”
Pertanyaan Seung Hyun mengagetkanku. “Apa maksudmu?”
Seung Hyun hanya tersenyum dan berkata, “Hyung, aku ini ahli dalam cinta. Aku bisa melihat aura cintamu saat kau bersama dengan Sung Rin-a.”
Aku tertawa. “Kau ini ada-ada saja.”
“Hyung, aku serius! Kalau kau menyukai seseorang, katakan saja padaku!” jawab Seung Hyun. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. “Lihat hyung, wajahmu memerah! Berarti benar kan apa kataku?”
“Hei Seung Hyun, aku tidak tahu kau berniat menggodaku atau apa, tapi itu tidak penting sekarang. Sudahlah, bereskan saja lemarimu itu. Berantakan sekali,”
“Ji Yong-hyung jatuh cinta~ Ji Yong-hyung jatuh cinta~ Hyung tertuaku yang manis sedang jatuh cinta!”
“Kau ini bicara apa. Jangan katakan yang aneh-aneh kepada Daesung! Aku tidak ingin dia salah paham gara-gara kau!”
**
Sampe sini  dulu ya, kapan-kapan disambung lagi :P Mudah-mudahan chingu penasaran sama kelanjutannya. Kamsahamnida! >O<